Powered By Blogger

Thursday, October 31, 2013

Konsepsi Baik dan Buruk Dalam Al-Qur'an




Ajaran Islam adalah ajarana yang bersumberkan wahyu Allah SWT yaitu al-Qur’an yang dalam pejabarannya dilakukan oleh hadis Nabi Muhammad SAW.
Menurut ajaran Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-Qur’an dan al hadis. Jika diperhatikan al-Qur’an maupun hadis dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik, dan ada pula istilah yang mengacu kepada yang buruk. Diantara istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya al-hasanah, thayyibah, khairah, karimah, mahmudah, azizah dan al-birr.
Al-hasanah sebagaimana dikemukakan oleh Al Raghib al-Asfahani adalah suatu istilah yangdigunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Al-hasanah dapat dibagi menjadi 3 bagian. Pertama hasanah dari segi akal, kedua dari segi hawa nafsu atau keinginan dan hasanah dari segi panca indra. Lawan dari al-hasanah adalah al-sayyiah. Yang etrmasuk al-hasanah  misalnya keuntungan, kelapangan rezki dan kemenangan. Sedangkan yang termasuk al-sayyiah misalnya kesempitan, kelaparan dan keterbelakangan. Pemakaian al-hasanah  tersebut kita jumpai pada ayat berikut
125. Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. (QS. Al-Nahl, 16:125)
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
           
84. Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. al-Qashash, 28:84)

Adapun kata at-thayyibah khusus digunakan untuk mwnggambarkan sesuatu yang member kelezatan kepada panca indra dan jiwa, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan sebagainya. Lawannya adalah al-qabihah artinya buruk. Hal ini terdapat dalam firman Allah yang berbunyi
57. Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka Menganiaya kami; akan tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri. (QS. al-Baqarah, 2:57)

Salah satu nikmat Tuhan kepada mereka Ialah: mereka selalu dinaungi awan di waktu mereka berjalan di panas terik padang pasir. manna Ialah: makanan manis sebagai madu. Salwa Ialah: burung sebangsa puyuh.

Selanjutnya kata al khair digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang baik oleh seluruh umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala sesuatu yang bermanfaat. Lawannya adalah al-syarr. Seperti dalam firman berikut
158. Barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha mengetahui. Allah mensyukuri hamba-Nya: memberi pahala terhadap amal-amal hamba-Nya, mema'afkan kesalahannya, menambah nikmat-Nya dan sebagainya. (QS. al-Baqarah, 2:158)

Adapun kata al mahmudah  digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama sebagai akibat dari melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Dengan demikian kata al mahmudah  lebih menunjukkan kepada kebaikan yang bersifat batin dan spiritual.

79. Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.

Selanjutnya kata al karimah digunakan untuk menunjukkan perbuatan dan akhlak yang terpuji yang ditampakkan dikehidupan sehari-hari. Kata al karimah ini biasanya digunakan untuk menunjukkan perbuatan terpuji yang skalanya besar, seperti menafkahkan harta di jalan Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua dan lain-lain.  Firman Allah yang berbunyi
23.  Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia. (QS. al-Isra’, 17:23)

Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan mereka dengan lebih kasar daripada itu.

Adapun kata al birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas atau memperbanyak melakukan perbuatan yang baik. Jika kata tersebut digunakan untuk sifat Allah, maka maksudnya adalah bahwa Allah memberikan balasan  pahala yang besar, dan jika digunakan untuk manusia, maka maksudnya ialah ketaatannya. Seperti dalam firman Allah berikut
177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. al-Baqarah, 2: 177).

Untuk menghasilkan kebaikan yang sempurna islam memberikan tolak ukur yang jelas, yaitu selama perbuatan yang dilakukan itu di tunjukkan untuk mendapatkan keridhaan Allah yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan ikhlas. Perbuatan akhlak dalam islam baru dikatakan baik apabila perbuatan yang dilakukan dengan sebenarnya dan dengan kehendak sendiri itu dilakukan atas dasar ikhlas karena Allah. Untuk itu peranan niat sangat penting seperti dalam firman Allah berikut

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus. (QS. al-Bayyinah, 98:5)
Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Berdasarkan petunjuk tersebut maka penentuan baik atau buruk dalam islam tidak semata-mata ditentukan berdasarkan amal perbuatan yang nyata saja, tetapi lebih dari itu adalah niat.
Selanjutnya dalam menentukan perbuatan yang baik dan buruk itu islam memperhatikan criteria lainnya yaitu dari segi cara melakukan perbuatan itu. Seseorang yang berniat baik, tapi dalam melakukannya menempuh cara yang salah, maka perbuatan tersebut dipandang tercela. Misalnya orang tua yang memukul anaknya hingga cacat seumur hidup tetap dinilai buruk, sungguhpun niatnya agar anak tersebut menjadi baik. Allah berfirman
263. Perkataan yang baik dan pemberian maaf  lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (QS. al-Baqarah, 2:263).

Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.

Selain itu perbuatan yang baik menurut islam adalah perbuatan yang sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan al-Sunnah, dan perbuatan yang buruk adalah perbuatan yang bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah itu. Perbuatan baik itu misalnya taat kepada Allah dan Rasulnya, berbakti kepada kedua orang tua, saling tolong menolong dalam kebaikan, menepati janji, menyayangi anak yatim, sabar, amanah, jujur, ridha, ikhlas dan lain-lain. Perbuatan buruk itu misalnya membangkang terhadap perintah Allah dan Rasul, durhaka kepada kedua orang tua,  ingkar janji, curang, khianat, riya putus asa dan lain-lain.
Namun demikian al-Quran dan al-Sunnah bukanlah sumber ajaran yang eksklusif atau tertutup. Kedua sumber tadi bersikap terbuka untuk menghargai bahkan menampung pendapat akal pikiran, adat istiadat dan sebagainya yang dibuat oleh manusia dengan catatan semua itu tetap sejalan dengan petunjuk al-Quran dan al-Sunnah. Ketentuan baik dan buruk yang didasarkan pada logika dan filsafat dengan berbagai aliran sebagaimana disebutkan diatas, dan tertampung dalam istilah etika atau ketentuan baik dan buruk yang didasarkan pada istilah adat istiadat tetap dihargai dan diakui keberadaannya. Ketentuan baik buruk yang terdapat dalam etika dan moral dapat digunakan sebagai sarana atau alat untuk menjabarkan ketentuan baik dan buruk yang ada dalam al-Qur’an..

Iman, Islam, Ihsan


PENDAHULUAN

A.     Iman

Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati;  pembenaran hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati

Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.

Adapun pengertian iman secara khusus sebagaimana yang tertera dalam hadis di atas ialah: keyakinan tentang adanya Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.

Dalam hadis lain, yang senada dengan hadis di atas yang diriwayatkan oleh Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi, selain menyebutkan kelima hal di atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu kriteria yaitu: beriman kepada qadha dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk.

B.  Islam

Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran, yaitu:

1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama”. 
2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya “Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”.

Berdasarkan 2 (dua) surah tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut. 
Ada beberapa pengertian Islam, yaitu:
1.Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri.
2.Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri dan kepatuhan.
3.Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu berasal dari kata kerja.

Kata kerja asalnya ialah: 

a. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya manusia dalam berhadapan dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan Tuhan. Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berujud menghasilkan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan tetapi kalau dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.

b. Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan yaitu menyelamatkan, menentramkan dan mngamankan orang lain baik dari kata-kata maupun perbuatannya.

c. Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan diri sendiri

Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:
      1.Aspek vertikal
            Aspek vertikal mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia dengan Tuhannya).               Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada Allah.
       2.Aspek horisontal
Aspek horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Islam menghendaki agar manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan manusia yang lain.
       3.Aspek batiniah
Aspek batiniah mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan mental.
C.  Ihsan
Ihsan berasal dari kata حَسُنَ yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah اِحْسَانْ, yang artinya kebaikan.  Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an mengenai hal ini.

Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)


“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77)

Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya. Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt. Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna dan akhlak yang mulia.
  
IMAN, ISLAM DAN IHSAN

A.  Hubungan Iman, Islam dan Ihsan

Iman, slam dah ihsan hubungannya sendiri sangat erat. Sebagaimana dalam hadits nabi SAW yang artinya:
Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “ Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wasallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung hadis di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama kepada manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din (baca: agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan, dan orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi.
Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah.  Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.

B.  Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan

Antara iman,islam dan ihsan di samping saling berhubungan,juga terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara ketiganya.

¤Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati.
¤Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal.
¤ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.



























PENUTUP

A.     Kesimpulan

Dari Berbagai Pembahasan diatas kami simpulkan bahwa.

1.      Iman, islam dan ihsan merupakan tripologi agam islam diman sesuai dengan hadits nabi diatas.
2.     Iman, islam dan ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah
3.     Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal,ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri

























DAFTAR PUSTAKA


DR. MUH. Mu’inudillah Basri, Maerwandi Tarmizi. MUHYIDDIN YAHYA BIN SYARAF NAWAWI, 2010. Ebook. Islamhouse.com

Muhammad Bin Abdul Wahab. TIGA LANDASAN UTAMA. 2007. Ebook islamhose.com

Muhammad bin Sholeh Al-Ustaimin. PRINSIP-PRINSIP DASAR KEIMANAN. 2007. Ebook islamhose.com

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. MINHAJUL MUSLIM. Penerbit Insan Kamil, Kertosuro. 2011