PENDAHULUAN
A. Iman
Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi
ketenangan hati; pembenaran hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung
pengertian pembenaran hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi
segala konsekuensi dari apa yang dibenarkan oleh hati
Iman sering juga dikenal dengan istilah
aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman
mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi
ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan menjadi pegangan dan
pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang tidak dapat dipisahkan lagi dari
diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup berkorban segalanya, harta
dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.
Adapun pengertian iman secara khusus
sebagaimana yang tertera dalam hadis di atas ialah: keyakinan tentang adanya
Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul
utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam
kubur.
Dalam hadis lain, yang senada dengan
hadis di atas yang diriwayatkan oleh Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi, selain
menyebutkan kelima hal di atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan
satu kriteria yaitu: beriman kepada qadha dan qadar Allah, yang baik
maupun yang buruk.
B. Islam
Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan
oleh para pemeluknya melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam
Quran, yaitu:
1. “Wa radhitu lakum al-Islama dinan” artinya “Dan Allah
mengakui bagimu Islam sebagai Agama”.
2. “Inna’ ddina inda ilahi al Islam” artinya
“Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam”.
Berdasarkan 2 (dua) surah tersebut maka jelaslah bahwa
nama Islam diberikan oleh Allah sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil
ciptaan manusia yang memeluk agama tersebut.
1.Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri.
2.Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan,
penyerahan diri dan kepatuhan.
3.Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis
masdhar yaitu berasal dari kata kerja.
Kata kerja asalnya ialah:
a. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah artinya
manusia dalam berhadapan dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan
mengakui kemutlakan kekuasaan Tuhan. Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia
yang berujud menghasilkan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta kebudayaan
tetapi kalau dibandingkan dengan kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.
b. Salima berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan
yaitu menyelamatkan, menentramkan dan mngamankan orang lain baik dari kata-kata
maupun perbuatannya.
c. Salama yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan
mengamankan diri sendiri
Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik
kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:
1.Aspek vertikal
Aspek vertikal
mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia dengan Tuhannya).
Dalam hal ini manusia bersikap berserah
diri pada Allah.
2.Aspek horisontal
Aspek
horisontak mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Islam menghendaki
agar manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan manusia yang
lain.
3.Aspek batiniah
Aspek batiniah
mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat menimbulkan kedamaian,
ketenangan batin maupun kematapan rohani dan mental.
C. Ihsan
Ihsan berasal dari kata حَسُنَ
yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk masdarnya adalah اِحْسَانْ,
yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an mengenai hal
ini.
Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu
berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (al-Isra’: 7)
“…Dan berbuat baiklah (kepada oraang
lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….”
(al-Qashash:77)
Ihsan adalah puncak
ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba Allah swt.
Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya.
Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt.
Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini, sehingga seluruh
ajaran-ajarannya mengarah kepada satu hal, yaitu mencapai ibadah yang sempurna
dan akhlak yang mulia.
IMAN, ISLAM DAN
IHSAN
A. Hubungan Iman,
Islam dan Ihsan
Iman, slam dah ihsan hubungannya sendiri sangat erat.
Sebagaimana dalam hadits nabi SAW yang artinya:
Dari Umar radhiyallahu `anhu juga dia
berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam
suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang
sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas
perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya.
Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya
kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “
Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada
ilah (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan
Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi
haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia
yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “
Beritahukan aku tentang Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk “, kemudia dia
berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “ Beritahukan aku tentang
ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau
bersabda, “ Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat
seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku
berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wasallam)
bertanya,“ Tahukah engkau siapa yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang
kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat)
masalah pokok yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu iman, Islam,
ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung hadis di
atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama kepada
manusia” mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan oleh
malaikat Jibril dalam hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din (baca:
agama Islam). Hal ini menunjukkan bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan
benar jika dibangun di atas pondasi Islam dengan segala kriterianya,
disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar ihsan, dan
orientasi akhir segala aktifitas adalah ukhrawi.
Atas dasar tersebut di atas, maka
seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa
dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak
didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan
mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung
konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga
konsep di atas (Islam, iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena
karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan terminal tujuan dari segala
perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala aktifitas manusia yang
kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.
B. Perbedaan Iman,
Islam dan Ihsan
Antara iman,islam dan ihsan di samping saling berhubungan,juga
terdapat perbedaan yang merupakan ciri di antara ketiganya.
¤Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati.
¤Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal.
¤ihsan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang
sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
Berbagai Pembahasan diatas kami simpulkan bahwa.
1.
Iman, islam dan ihsan merupakan
tripologi agam islam diman sesuai dengan hadits nabi diatas.
2. Iman, islam dan ihsan saling
berhubungan karena seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama
belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti
apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan
iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan,
sebab ihsan mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah
3. Iman lebih
menekankan pada segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal,ihsan
merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari
kadar iman dan islam itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
DR. MUH. Mu’inudillah Basri, Maerwandi Tarmizi. MUHYIDDIN YAHYA BIN SYARAF
NAWAWI, 2010.
Ebook. Islamhouse.com
Muhammad Bin Abdul Wahab. TIGA LANDASAN UTAMA. 2007. Ebook islamhose.com
Muhammad bin Sholeh Al-Ustaimin. PRINSIP-PRINSIP DASAR KEIMANAN. 2007.
Ebook islamhose.com
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi. MINHAJUL
MUSLIM. Penerbit Insan Kamil, Kertosuro. 2011
No comments:
Post a Comment